(VOVWORLD) - Kabupaten pegunungan Tien Yen, Provinsi Quang Ninh (Vietnam Utara) mempunyai kursus-kursus yang istimewa. Di situ, anak perempuran etnis minoritas Dao tidak hanya menyanyikan lagu dendang sayang dari etnisnya, tapi juga tahu menyanyikan lagu rakyat Then, anak perempuan etnis minoritas San Chi, anak laki-laki etnis minoritas Tay menyimpan impian menjadi artisan dan membawa kebudayaan etnisnya maju lebih jauh lagi. Lagu-lagu rakyat tradisional, ciri kebudayaan sendiri dari setiap etnis minoritas sedang diwariskan kepada para pelajar menjadi satu cara yang efektif untuk melestarikan dan mewariskan identitas etnisnya kepada generasi di kemudian hari.
Pertunjukan lagu rakyat Then di Tien Yen (Foto: Truong Giang/vov) |
Pada setiap pekan, setiap hari Sabtu tiba, gedung tempat aktivitas bersama dari Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) internat Tien Yen selalu meriah dengan suara nyanyi dan suara musik. Itu dalah waktu aktivitas yang dilakukan oleh para pelajar dalam kelub kesenian rakyat etnis minoritas di sekolah tersebut. Kelub ini terbentuk pada tahun 2012, meliputi kira-kira 60 pelajar yang adalah etnis minoritas Dao, Tay dan San Chi di kabupaten ini. Ketika ikut serta dalam kelub ini, mereka dapat belajar lagu-lagu rakyat seperti “Menyambut panenan sukses”, “Tanah Air yang indah” dan lain-lain. Setiap orang anak asal dari setiap etnis dan satu bahasa, tapi mereka mempunyai kesamaan yaitu semuanya sangat suka menyanyi dan asyik belajar setiap lirik lagu dendang sayang, lagu rakyat Then dan lain-lain. Anak perempuan yang bernama “Chiu Thi Chi, pelajar klas 7, adalah warga etnis minoritas Dao, tapi dia sangat suka belajar menyanyikan lagu rakyat Then dari etnis minoritas Tay. Dia menceritakan bahwa pada permulaanya, karena tidak mengerti bahasa, maka dia sulit mengingatnya, tapi dengan bimbingan dari para teman etnis minoritas Tay, makadia telah hafal liriknya dan percaya diri berbaur dengan suara bersama dari teman-teman dalam lagu rakyat Then yang ringan, tapi mendalam. “Pada permulaannya, saya belum suka menyanyi dan ingin menyanyikan lagu dalam bahasa etnis minoritas. Tapi, kemudian, karena ada banyak teman lain yang bernyanyi bersama dan bernyanyi baik, maka saya mudah mengingat liriknya, merasa gembira dan sangat suka menyanyi”.
Dalam pada itu, anak yang bernama Ban The Huong, pelajar klas 9 menyatakan bahwa karena berhasil menyanyikan banyak lagu rakyat, maka para tema se-klas sangat suka mendengarkan saya bernyanyi dan selalu meminta kepada saya supaya menyanyi lagu-lagu baru. “Saya merasakan bahwa masalah belajar sangat menyenangkan, belajar sambil bermain. Kursus ini memberikan banyak pengetahuan kepada saya. Saya juga ingin belajar banyak lagu rakyat dari etnis-etnis minoritas yang lain di seluruh negeri serta memainkan instrumen musik lagi. Impian saya ialah menjadi seorang artisan”.
Ibu guru Pham Chung Thuong, Kepala Pengurus Barisan Anak Pioner sekolah ini menceritakan bahwa masalah belajar menyanyi lagu dengan bahasa-bahasa etnis minoritas yang lain juga membantu anak-anak lebih bisa berbaur satu sama lain, tidak berkomunikasi dengan bahasa ibu seperti dulu lagi. Akan tetapi, justru para ibu guru etnis Kinh tidak fasih bahasa etnis minoritas, maka masalah mengajar mereka tidak mudah. Agar supaya para pelajar mengerti secara tepat dan menguasai secara mantap semua irama lagu rakyat, maka sekolah kami senantiasa mengundang para artisan di kabupaten dan provinsi untuk mengajar cara memainkan instrumen musik dan mengajar menyanyikannya. Untuk benar-benar menjadi teman dari mereka, setiap guru pengurus kelub ini juga belajar bahasa etnis minoritas Dao, Tay dan San Chi. Ibu guru Pham Chung Thuong memberitahukan: “Ketika para pelajar belajar, maka saya juga ikut serta sebagai seorang pelajar. Ketika mulai belajar, saya pikir pastilah sulit. Tetapi ketika menyanyi lagu-lagu, saya juga bisa mengerti. Para guru lain juga seperti saya, pada permulaannya merasa sulit, tapi, kemudian sangat suka dan menjadi gandrung. Kebudayaan etnis-etnis minoritas sangat baik dan khas. Kursus belajar bahasa etnis minoritas juga sangat diperlukan untuk para guru, tidak hanya demi kebutuhan berkomunikasi dengan mereka saja, tapi juga bisa mengerti hasrat dan perasaan mereka untuk bisa memberikan bimbingan kepada mereka mencintai lagu rakyat etnisnya”.
Di samping itu, melalui berulang kali melakukan temu pergaulan dengan artisan di berbagai kecamatan, para guru juga mengoleksi sendiri banyak tarian kuno untuk melakukan koreografi dan memberikan bimbingan kepada kelub. Acara-acara pertunjukan tari yang dilakukan oleh anak-anak ini telah memperoleh hadiah tinggi dalam banyak festival. Kelub ini juga mengorganisasi kursus menenun kain ikat dari etnis Dao, cara mengenakan pakain tradisional secara tepat dan indah. Sekolah tersebut juga senantiasa mengorganisasi lomba menyanyi lagu rakyat dan pagelaran busana etnis minoritas agar nyanyian dan tarian terasuk ke dalam jiwa anak-anak secara alami. Dari situ, kegandrungan terhadap kebudayaan tradisional digembleng oleh guru dan pelajar sekolah ini dari hari ke hari. Selain ikut serta di sekolah, banyak pelajar juga melakukan aktivitas di kelub-kelub kesenian rakyat di daerahnya, terus belajar lagu-lagu etnisnya dari para pendahulu mereka.
Satu tahun ajar baru dimulai, kelub kesenian rakyat berbagai etnis minoritas di sekolah ini terus menyambut kedatangan para pelajar baru. Kelub-kelub ini adalah salah satu di antara aktivitas-aktivitas yang berhasil-guna, turut mengkonservasikan dan mengembangkan warisan kebudayaan di kabupaten pegunungan di daerah Timur Laut, Vietnam Utara ini.