(VOVWORLD) - Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN yang ke-42 di Labuan Bajo, Indonesia mengadopsi Deklarasi Pembangunan Ekosistem Kendaraan Listrik Regional. Dokumen ini menjanjikan akan menciptakan motivasi untuk mendorong industri mobil “hijau” (ramah dengang lingkungan) di seluruh kawasan ASEAN. Bapak Arsjad Rasjid, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), sekaligus Ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN 2023 (ASEAN-BAC 2023) menganalisis peluang dan tantangan terhadap ASEAN di masa depan dalam pendorongan rencana ini.
Kendaraan listrik yang digunakan untuk delegasi dan pasukan keamanan selama berlangsung KTT ASEAN ke-42 (Foto : BNEWS) |
Penyediaan 108 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk memenuhi kebutuhan 375 unit kendaraan listrik yang digunakan untuk delegasi dan pasukan keamanan selama berlangsung KTT ASEAN ke-42, menunjukkan tekad negara tuan rumah Indonesia pada khususnya dan ASEAN pada umumnya, dalam pendorongan pembangunan dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik regional. Menurut Arsjad Rasjid, perubahan iklim merupakan isu paling mendesak yang dihadapi Asia Tenggara.
Dengan tujuan menuju satu ASEAN dengan emisi nol bersih (net-zero) pada tahun 2050, ASEAN mendorong penerapan teknologi baru, mengembangkan rencana untuk memastikan kota-kota memiliki ketahanan iklim; menghijaukan dan membentuk kembali rantai nilai global; berkecenderungan menggunakan energi ramah lingkungan; mengurangi dampak iklim terhadap kesehatan; emisi nol bersih dan ekonomi hijau; pariwisata ramah iklim….Dan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik regional adalah sebagian dari upaya ini. Menilai potensi dan peluang negara-negara ASEAN di bidang ini, Bapak Arsjad Rasjid mengatakan:
Ada banyak potensi yang dimiliki kawasan ini untuk membangun rantai pasokan. Vietnam merupakan produsen kendaraan listrik dan juga telah mengekspor produk ini ke Amerika. Negara-negara lain seperti Indonesia atau Malaysia juga merupakan pasar kendaraan listrik yang potensial. Indonesia dan Filipina menguasai dari 33-40 persen cadangan bijih nikel dunia. Hal ini menciptakan landasan yang kuat bagi hubungan kemitraan dan menjadi pelopor dalam rantai pasokan kendaraan listrik dan baterai, baik di ASEAN maupun secara global.
Arsjad Rasjid, Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) (Foto :VOV) |
Perkembangan kendaraan listrik ASEAN selama dua tahun ini pada kenyataan sangat menjanjikan. Terhitung sampai dengan tahun 2022, jumlah kendaraan listrik di kawasan mencapai lebih dari 270.000 unit. Konsumsi kendaraan listrik diperkirakan akan lebih cepat di tahun-tahun mendatang, dengan tiga negara yang menargetkan omset 100% penjualan, termasuk Thailand setelah tahun 2035, Singapura setelah tahun 2040, dan Indonesia setelah tahun 2050. Menurut Bapak Arsjad Rasjid, ASEAN adalah salah satu kawasan yang menjanjikan dan memiliki cukup sumber daya yang cukup untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik dan ekonomi hijau sebagai motivasi-motivasi pertumbuhan baru di kawasan. Namun di samping itu masih ada banyak tantangan:
"Yang pertama adalah masalah infrastruktur, tidak hanya Indonesia dan Vietnam saja, tapi juga banyak negara lain di kawasan. Jadi pertama-tama kita harus membangun infrastrukturnya. Kedua, ASEAN juga perlu menyepakati standar baterai kendaraan listrik, standar stasiun pengisian kendaraan listrik, sehingga lebih mudah dan efisien untuk melaksanakan rencana. Ini adalah tantangan yang perlu dikerja-samakan negara-negara ASEAN untuk menjamin pembangunan infrastruktur."
Di samping itu, para pakar energi di kawasan ASEAN juga menunjukkan, selain infrastruktur, untuk mendorong pengembangan kendaraan listrik regional, juga perlu meningkatkan kapasitas listrik rumah tangga, menempatkan stasiun pengisian di kawasan bisnis dan fasilitas umum, seperti taman bunga, rumah sakit, dan sekolah, untuk mendorong pengisian di siang hari. Dalam Deklarasi yang diadopsi pada KTT ASEAN ke-42, para pemimpin ASEAN menekankan pentingnya peranan kendaraan listrik sebagai sebagian dari upaya ASEAN untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, mempercepat transisi energi, meningkatkan ketahanan energi di masing-masing negara dan di seluruh kawasan.
Pembangunan yang berkelanjutan, termasuk proses transisi energi, pengembangan kendaraan listrik, dan ekonomi hijau, menjadi topik yang diprioritaskan Indonesia untuk didorong pada tahun Keketuaan ASEAN 2023. Negara-negara ASEAN sepenuhnya mendukung kebijakan tersebut. Meski menghadapi banyak tantangan, tetapi menurut bapak Arsjad Rasjid, kesepakatan ASEAN mengenai ekosistem kendaraan listrik akan membawa dampak positif, tidak hanya terhadap lingkungan tetapi juga perekonomian, memberikan peluang bisnis baru bagi masyarakat, sektor swasta, dan mendorong penggunaan teknologi./.