(VOVWORLD) - Sekarang ini, ada kira-kira 80 mahasiswa Laos yang sedang menempuh kuliah di Akademi Diplomatik Hanoi. Selain program kuliah resmi, akademi ini telah menciptakan syarat membuka program ekstrakurikuler tentang praktek penerjemahan dalam kontak-kontak tinggi antara dua negara. Walaupun setiap kali belajar hanya dalam waktu 5 hari saja, tapi ini merupakan jam-jam kuliah yang sangat bermakna bagi mereka yaitu para mahasiswa yang akan menjalankan kejuruan sebagai penterjemah pada hari depan atau hanya semata-mata hanya memupuk kata-kata baru dalam bahasa.
Satu jam kuliah (Foto: vovworld.vn) |
Pada pukul 6.30 hari awal pekan, dosen yang datang dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Vietnam dan 12 mahasiswa Laos yang sedang menempuh kuliah untuk program magister di Akademi Diplomatik sedang duduk di sekitar meja yang berbentuk oval untuk mendengarkan dan berbahas tentang cara penerjemahan langsung dalam pertemuan dan kontak tingkat tinggi antara dua negara.
Ini merupakan jam kuliah terakhir, maka hanya memberat pada praktek. Setiap mahasiswa mendapat satu naskah yang meliputi dua teks dalam bahasa Vietnam dan bahasa Laos. Dosen menunjuk ke sebarang alinea dan seorang mahasiswa harus membacanya secara jelas kepada teman yang duduk di sampingnya untuk mencatat dan menerjemahkan kalimat itu.
Saudara Doan Van Minh, petugas Seksi urusan Laos dari Direktorat Asia Tenggara, Asia Selatan dan Pasifik Selatan dari Kemlu Vietnam sedang memberikan bimbingan kepada para mahasiswa tentang cara mencatat, cara menggunakan kata kunci dalam penerjemahan, khususnya pola-pola kalimat yang senantiasa digunakan oleh para pemimpin dalam kontak antara dua negara Vietnam dan Laos. “Kalau dikatakan mengajara, itu tidak benar karena, saya tidak mendapat pendidikan untuk menjadi seorang guru. Saya datang ke sini selaku orang yang punya pengalaman, menggunakan pengalaman yang saya dapat dalam pekerjaan untuk menyampaikannya kepada para mahasiswa, Diharapkan, pengalaman-pengalaman ini membantu para mahasiswa agar lebih mengerti tentang kejuruan sebagai penerjemah dan semakin ada banyak pemuda yang gandrung pada kejuruan ini dan berada dalam barisan penerjemahan yang dewasa ini sangat kekurangan”.
Ini merupakan program ekstrakurikuler kedua yang diadakan oleh akademi ini. Yang mendesak, akademi ini berencana mengadakan satu program ekstrakurikuler setiap tahun. Setiap jam kuliah memakan waktu dari 6-8 jam pada malam hari, khususnya ialah jumlah siswa hanya dari 12-15 orang. Pada program ekstrakurikuler pertama, para mahasiswa mendapat pengajaran dari para orang yang berpengalaman dari Pusat Penerjemahan Nasional, sedangkan pada tahun 2018 ini, akademi ini telah mengundang para petugas bahasa Laos dari Kemlu Vietnam untuk menyampaikan pengalaman. Saudara Vu Dung dari Seksi Pendidikan Akademi Diplomatik Hanoi memberitahukan bahwa ini merupakan program ekstrakurikuler yang diperuntukkan bagi mahasiswa Laos sendiri. Program ini dibuka atas hasrat mereka. Mereka berbahasa Vietnam sangat baik, tapi untuk menjadi seorang penerjemah, mereka harus memupuk banyak kemampuan. Khususnya ialah pekerjaan mereka banyak bersangkutan dengan berbagai kementerian dan instansi tingkat tinggi Laos dan Vietnam, oleh karena itu, program ini sangat bermanfaat bagi mereka.
Khieu Akhom, mahasiswa tahun terakhir Fakultas Politik Internasional-Diplomatik mengatakan: “Setiap jam kuliah berbeda-beda dan sangat bermanfaat, karena pada setiap jam belajar ada seorang guru yang berbeda dan setiap orang memberikan pengalaman mereka sendiri kepada kami. Saya hanya berharap menjadi seorang penerjemah saja, jadi tidak berani berharap menjadi penerjemah untuk pemimpin. Akan tetapi, melalui program ekstrakurikuler yang pendek ini, saya juga berhasil mendapatkan banyak pengalaman dan dapat belajar banyak kata baru tentang politik”.
Sedangkan, bagi Phongmali Vongphachan yang sedang menempuh kuliah untuk peogram magister di akademi ini, ini merupakan program belajar yang sangat baru. Sekarang ini, dia sedang menjadi kader dari Federasi Wanita Kota Vienchane, Laos. Walaupun pekerjaannya sekarang ini maupun pengarahan untuk masa depannya bukanlah kejuruan sebagai penerjemah, tapi dia memberitahukan bahwa “semakin belajar semakin melihat bahwa saya belum tahu apa-apa”. “Pekerjaan saya sekarang ini bukanlah penerjemah, tapi saya juga mendaftarkan nama untuk ikut serta dalam program-program belajar untuk lebih mengerti tektang teknik penerjemahan. Melalui program ini, saya dapat belajar cara mencatat, cara berkonsultasi dengan buku dan khususnya ialah kata-kta yang senantiasa digunakan dalam pertemuan dan kontak tingkat tinggi Vietnam-Laos”.
Pihak akademi ini memberitahukan bahwa pada bulan Mei 2019 akan membuka satu program ekstrakurikuler serupa untuk para mahasiswa yang belum ikut serta dalam program tahun ini. Program belajar itu akan menyediakan 1/3 waktu agar para mahasiswa berkenalan dengan konsep tentang penerjemahan yang diberikan oleh para pakar dari Pusat Penerjemahan Nasional Vietnam. Waktu sisanya akan diberikan oleh orang-orang yang berpengalaman dalam penerjemahan Vietnam-Laos dan Laos-Vietnam, dari situ, mereka mengarahkan pekerjaannya pada masa depan.