(VOVWORLD) - Teko teh yang panas, permen kacang yang manis, dan kue emping yang harum adalah budaya minum teh khas orang Hanoi pada khususnya dan Vietnam pada umumnya. Ini juga merupakan makanan dan minuman yang selalu tersedia di rumah Bapak Singthong Singhapannha – mantan Direktur Museum Kaysone Phomvihan ketika menyambut tamu yang mengunjungi keluarganya di Laos. Wartawạ VOV akan memperkenalkan emosi dan pemikiran bapak Singthong Singhapannha tentang kenang-kenangan pada suatu masa di Vietnam serta hubungan Laos-Vietnam.
Bapak Singthong Singhapannha – mantan Direktur Museum Kaysone Phomvihan (Foto:VOV) |
“Saya lahir di Xieng Khoang (Laos), tetapi datang ke Vietnam untuk belajar sejak kecil. Laos adalah Ibuku, Vietnam adalah Ayahku. Ibu yang melahirkanku dan Ayah berjasa memeliharaku. Saya dibesarkan dengan nasi Vietnam dan Vietnam membesarkan saya tumbuh mendewasa, mendewasa tentang kearifan dan pikian. Saya mencintai Vietnam dan Vietnam selalu berada di hatiku.”
Demikian katanya bapak Singthong Singhapannha – Mantan Direktur Museum Kaysone Phomvihan. Lahir dan dewasa di masa perang di Xieng Khoang (tahun 1958), bumi geostrategis dalam perang yang tidak di Laos dan Vietnam saja, bahkan di Indochina. Waktu 1959 - 1969 adalah masa dimana medan perang Xieng Khoang terjadi secara sengit lebih dari pada yang sudah-sudah. Kakek, dan kedua orang tuanya adalah tentara. Untuk tenang berjuang melawan agresor asing, mereka mengirim dia ke rumah seorang kenalan di Vietnam dan belajar sampai lulus kelas 10 sebelum kembali ke Laos. Tempat-tempat seperti Muong Sen, Con Cuong, Bac Giang, Bac Ninh bahkan Kham Thien, Dong Da, Son Tay, dan Hanoi , semuanya adalah alamat yang akrab dan dekat dengan dia. Meskipun tidak tumbuh dalam pelukan orang tuanya tetapi ia hidup dalam kesayangan , perhatian, dan keberbagian dari orang-orang Vietnam.
“Ketika kami mengungsi, kami akan dibagi menjadi kelompok-kelompok masing-masing meliputi dua atau tiga anak ke satu keluarga warga dan kami bersama dengan anak-anak mereka pergi memancing, mengambil padi dan ubi. Terkadang mereka merebus sepanci ubi dan kemudian anak-anak kami, baik Laos maupun Vietnam, berkumpul untuk makan bersama. Bisa dikatakan bahwa tidak ada keterbatasan antara orang Laos dan Vietnam”.
Bapak Singthong Singhapannha menunjukkan foto kenangan di Vietnam (Foto : VOV) |
Kenang-kenangan indah dari masa kecil, kesayangan warga Vietnam dan yang paling penting adalah kecintaannya terhadap negeri Vietnam telah mendorong dia kembali ke Vietnam untuk belajar S1 dan S2 di Kota Hanoi. Sampai tahun 1991, dia kembali ke Laos dan bekerja di Museum Kaysone Phomvihan. Lebih dari 20 tahun belajar dan tinggal di Vietnam, bapak Singthong Singhapannha dan teman-temannya harus mengungsi ke banyak tempat dan menyaksikan kesengitan perang.
Di kemudian hari, sebagai Direktur Museum Kaysone Phomvihan, semakin dia mengabdi dan bekerja, semakin dia memahami dua kata "Istimewa" dalam hubungan antara Vietnam dan Laos. Oleh karena itu, selain secara rutin menyelenggarakan pameran tentang hubungan kedua negara, merenovasi model museum untuk membantu kaum muda mendekati sejarah dan mudah diingat, ketika pensiun, dia melanjutkan karier menulis buku, mengumpulkan benda kenangan dan film dengan keinginan berkontribusi pada pengembangan hubungan Vietnam-Laos. Baru-baru ini, dia merilis buku "Le Van Hien - Duta Besar Vietnam Pertama untuk Laos". Dalam proses penulisan buku, dia mendorong putrinya untuk ikut mengetik, sebagai cara dia mendidik anaknya tentang hubungan yang tak ada duanya di dunia ini.
Pikiran dan perasaan dari seorang kader pensiunan seperti bapak Singthong Singhapannha mengenai tahun-tahun yang terkait, nostalgia dan hubungan antara Vietnam dan Laos adalah bukti nyata dari persahabatan agung, solidaritas istimewa dan kerjasama komprehensif antara Vietnam dan Laos. Dia adalah jembatan yang paling hidup tentang pemupukan hubungan yang langka ada ini.