(VOVWORLD) - Thailand sekarang ini dikenal sebagai salah satu di antara negara-negara papan atas di dunia dalam ekspor agribisnis. Tetapi dalam proses perkembangannya, negara ini juga tidak bisa menghindari perangkap pendapatan menengah, khususnya bagi kaum tani. Oleh karena itu, Pemerintah Thailand menargetkan akan mengembangkan pertanian 4.0 untuk meningkatkan pendapatan perkapita kaum tani sampai 7 kali lipat, dari 56.000 Baht menjadi 390.000 Baht dalam waktu 20 tahun mendatang.
Sawah terasering di Thailand (Foto: baoquocte.vn) |
Memasuki periode revolusi ilmu pengetahuan dan teknik pada tahun-tahun awal abad XX lalu, pertanian Thailand berpindah dari bentuk ekonomi alamiah ke ekonomi bisnis dan memasuki perekonomian industrialisasi. Pertanian dan industri telah berpindah ke penerapan berbagai jenis pohon baru, pupuk organik dan mesin untuk meningkatkan produktivitas palawija. Selain itu, kualitas berbagai jenis agribisnis semakin menjadi baik untuk kebutuhan konsumsi. Sekarang ini, hampir 100% jumlah petani Thailand menggunakan mekanisasi dalam produksi pertanian, dari penyebaran sampai panenan. Perusahaan-perusahaan besar seperti Mitr Phol Group-grup papan atas di Asia dan menduduki posisi ke 4 di dunia di bidang produksi gula yang menggunakan pesawat pengawas tanpa pilot dan gambar satelit untuk mengontrol kualitas pohon tebu. Atau di basis peternakan ayam Betagro, suhu udara, taraf kelembapan dan cahaya dikontrol secara akurat dalam lingkungan yang tertutup beserta sistim pemberian pakan otomatis. Basis budidaya udang dari Perusahaan CPF menerapkan secara akubat sistim pertukaran air untuk menghemat energi dan berhasil memenuhi standar-standar tentang keselamatan bahan makanan. Dalam produksi beras, penerapan pertanian 4.0 di Provinsi Kanchanaburi selama dua tahun ini telah memberikan hasil yang sangat menggembirakan, produktivitas pohon meningkat 27%. Bapak Setapong Lekawwatana, pakar urusan perkembangan sistim agribisnis dari Direktorat Penyuluhan Pertanian Thailand memberitahukan: “Pertanian 4.0 merupakan tema yang sangat diperhatikan oleh semua negara. Sekarang ini, kami sedang mencoba melaksanakan proyek di Provinsi Phetchaburi dan tahun ini juga merupakan tahun pertama kami melaksanakan digitalisasi penyuluhan pertanian secara eksperimen, selanjutnya, kami akan terus memperluasnya ke daerah-daerah. Selain itu, kami akan melakukan proyek-proyek eksperimen tentang penggunaan teknologi informasi, iklim, syarat lahan, kesulitan-kesulitan dalam mencegah hama untuk memberikan bantuan tentang waktu penyebaran dan penanaman, pengelolaan dalam penanaman dan panenan dan lain-lain. Masalah ini juga mendapat perhatian dari instansi-instansi yang bersangkutan”.
Melalui penerapan teknologi-teknologi modern dalam produksi pertanian, maka pertanian 4.0 akan membantu mengurangi langkah-langkah cocok tanam dan peternakan yang tidak berhasil-guna, menggandakan pola-pola yang sesuai seperti menghemat air dalam produksi, menggunakan pupuk, obat anti hama atau zat-zat kimia lain yang tidak merugikan lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta mengurangi tenaga kerja dan ongkos produksi. Ketika menilai pengarahan perkembangan pertanian 4.0 di Thailand, Doktor Nguyen Viet Khoa, Kepala Seksi Pendidikan dan Pelatihan dari Pusat Penyuluhan Nasional Viet Nam mengatakan: “Thailand merupakan sebuah negara yang sangat mengupdate teknik-teknik dalam pertanian. Pertanian 4.0 dari Thailand berfokus menerapkan teknologi tinggi terhadap komoditas-komoditas utama dan komoditas-komoditas yang punyai nilai terpadu seperti beberapa jenis sayuran dan buahan. Kedua, mereka mendesentralisasikan kelompok-kelompok barang dalam produksi pertanian, kelompok barang konsumsi domestik atau kelompok-kelompok barang ekspor dan lain-lain akan ada strategi perkembangan sendiri. Sekarang ini, Thailand sedang memperhebat komunikasi dalam pertanian agar rakyat mengerti nilai keselamatan bahan makanan. Bisa dikatakan ahwa strategi pertanian 4.0 dari Thailand ialah berkembang menurut cabang barang dan memprioritaskan cabang-cabang barang ekspor”.
Walaupun mencapai prestasi-prestasi yang menggembirakan di bidang pertanian, misalnya selalu menduduki posisi pertama di antara negara-negara eksportir beras di dunia, tapi kaum tani Thailand tetap menjumpai sangat banyak kesulitan dalam mendekati pertanian 4.0, karena biaya teknologi, metode menyampaikan data, mengembangkan terapan-terapan keliling dan lain-lain yang masih mahal. Akan tetapi, karena adanya program dan kebijakan bantuan dari pemerintah, kaum tani telah berangsur-angsur menguasai teknologi dan mendekati pasar. Dulu, mereka sebagian besar harus menjual produknya melalui pedagang, tapi sekarang ini, mereka bisa menggunakan kanal-kanal penjualan barang-barang dan media sosial seperti Facebook, Twitter, Lines dan lain-lain untuk langsung menjual barangnya kepada pelanggan dan perusahaan-perusahaan.
Selain menerapkan program-program seperti “Petani pintar” (Smart Farmers), Pemerintah Thailand juga menerapkan kebijakan-kebijakan prioritas istimewa seperti membebaskan pajak pendapatan badan usaha selama 5 tahun untuk badang-badan usaha yang menerapkan teknologi modernisasi produksi di bidang pertanian swasta.
Bisa dikatakan, den gan kebijakan-kebijakan yang praksis dan efektif, Thailand tidak hanya siap untuk satu pertanian 4.0, tapi juga mengarah ke pelaksanaan target meningkatkan pendapatan perkapita kaum tani sampai 7 kali lipat selama 20 tahun mendatang.