(VOVworld) - Pada 31 Desember 2015 akan merupakan tonggak sejarah yang menandai lahirnya Komunitas ASEAN di atas dasar tiga pilar pokok yaitu Politik-Keamanan; Ekonomi; Sosial-Budaya. Diantaranya Komunitas Politik-Keamanan (APSC) memainkan peranan penting pada latar belakang situasi keamanan politik kawasan mengalami banyak gejolak. Pada 28 Juli 1995, pada saat Vietnam ikut serta pada ASEAN, bisa dianggap sebagai satu titik balik dalam proses buka pintu dan integrasi pada kawasan dan dunia internasional dari Vietnam. Setelah masa 20 tahun masuk ASEAN, Vietnam selalu menjadi anggota aktif yang mengeluarkan gagasan-gagasan yang konstruktif dan upaya mengatasi tantangan dalam pembentukan APSC.
Pada tahun 1998, hanya 3 tahun setelah masuk ASEAN, Vietnam telah memikul kewajiban pertama dari satu anggota dengan menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN yang ke-6, memimpin penyusunan dan pengesahan Program Aksi Hanoi (HPA), penggelaran Visi ASEAN-2020 dan mengeluarkan langkah-langkah menghadapi masalah-masalah yang timbul pasca krisis keuangan kawasan. Tiga tahun selanjutnya, Vietnam terus memegang jabatan sebagai Ketua Badan Tetap ASEAN (2000-2001) angkatan ke-34, memimpin secara sukses konferensi-konferensi Menteri Luar Negeri ASEAN dan antara ASEAN dengan para mitra di kota Hanoi pada Juli 2001, merekomendasikan dan mengesahkan Pernyataan Hanoi tentang mempersempit kesenjangan dalam perkembangan.
Salah satu diantara hasil-hasil yang menonjol ialah Vietnam telah melaksanakan secara baik peranan sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2010-tahun kunci yang penting terhadap ASEAN dalam rencana 5 tahun pelaksanaan peta jalan pembangunan komunitas ASEAN-2015 dalam tahap transisi menterjemahkan Piagam ASEAN ke dalam praktek kehidupan dengan mesin dan opsi aktivitas baru. Ketika menilai hasil-hasil yang tercapai selama masa 20 tahun masuknya Vietnam ke dalam ASEAN di aspek politik keamanan, Le Cong Phung, mantan Deputi Harian Menteri Luar Negeri Vietnam memberitahukan: “Sejak masuk ASEAN, Vietnam telah memberikan sumbangan-sumbangan yang sangat penting tentang keamanan politik kawasan. Vietnam menghapuskan konfrontasi antara dua kawasan di ASEAN, bersamaan itu mendorong aktivitas-aktivitas seperti misalnya COC dan DOC. Pada tahun 2010, sebagai Ketua bergilir ASEAN, Vietnam telah menyelenggarakan secara sukses Konferensi Menteri Luar Negeri ASEAN dan semua konferensi yang bersangkutan. Khususnya Vietnam proaktif mengeluarkan gagasan dalam membentuk mekanisme-mekanisme baru seperti misalnya Konferensi Menteri Pertahanan ASEAN+8, Konferensi Para Pemimpin Badan Keamanan ASEAN (MACOSA), Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur (EAS) dengan ikutsertanya Rusia dan Amerika Serikat. Negara-negara ASEAN dan para mitra lain telah banyak memberikan apresiasi terhadap upaya Vietnam dalam masalah ini”.
Melalui kerjasama multilateral dalam kerangka APSC di atas dasar “menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, keutuhan wilayah dan identitas nasional dari semua negara anggota” untuk membentuk keamanan menyeluruh di kawasan, menghadapi tantangan-tantangan non-tradisional seperti kriminalitas lintas negara, terorisme, bencana alam dan keamanan maritim, Vietnam cepat menjadi mitra strategis yang tepercaya terhadap negara-negara ASEAN. Duta Besar Indonesia untuk Vietnam, H.M.Mayerfas memberitahukan: “Kami tidak menandatangani perjanjian kemitraan dengan semua negara karena setiap hubungan bilateral harus mencapai tingkat tertentu sebelum memperoleh hal ini. Sekarang Indonesia mempunyai hubungan kemitraan dengan 14 negara di dunia, diantaranya di Asia Tenggara, baru dengan Vietnam. Saya fikir bahwa itu adalah satu hasil yang patut dicatat. Seluruh perbahasan yang menuju ke penandatanganan perjanjian-perjanjian bilateral dengan Vietnam semuanya berlangsung secara sangat cepat dan mencapai hasil. Pada tahun 2013, di samping Perjanjian kemitraan strategis, kita juga secara simultans menandatangani Perjanjian tentang ekstradiksi kriminalitas dan Perjanjian saling bnantu hukum bilateral”.
Dalam proses pembentukan APSC, Vietnam adalah salah satu diantara negara-negara anggota yang harus menghadapi banyak tantangan besar, khususnya pada latar belakang aktivitas-aktivitas reklamasi dengan skala besar di Laut Timur menimbulkan pengaruh terhadap kepercayaan, perdamaian dan keamanan kawasan. Sebagai sebuah negara yang bersangkutan langsung dengan masalah ini, Deputi Perdana Menteri, Menteri Luar Negeri Vietnam, Pham Binh Minh menunjukkan: “Vietnam bersama-sama dengan negara-negara ASEAN lain berupaya melaksanakan DOC, diantaranya bersama-sama dengan Tiongkok terus membangun COC. COC ini membolehkan negara-negara yang bersangkutan dengan kedaulatan di Laut Timur mempertahankan status quo, menjamin pelaksanaan DOC. Pada kenyataannya, ketika Vietnam memainkan peranan sebagai koordinator ASEAN-Tiongkok dari 2009 sampai 2012, Vietnam bersama-sama dengan negara-negara ASEAN telah sangat aktif menyusun komponen COC dan disetujui oleh negara-negara ASEAN. Sekarang, ASEAN dan Tiongkok memulai proses konsultasi tentang COC. Ini merupakan satu langkah besar. Namun, dari konsultasi sampai perundingan, dari perundingan sampai penandatanganan juga merupakan proses panjang dan sulit, dituntut ada usaha keras dari para pihak”.
Satu komunitas ASEAN yang mantap dan berkaitan erat merupakan prioritas dan kepentingan yang diikuti oleh Vietnam. Di atas jalan yang dituju oleh ASEAN, Vietnam akan proaktif dan aktif bersama-sama dengan negara-negara anggota ASEAN memperhebat solidaritas, memperkuat kerjasama untuk merealisasikan secara sukses visi tentang satu komunitas ASEAN “yang terkait secara politik, berkonektivitas secara ekonomi dan bertanggung jawab terhadap masyarakat” - tempat dimana rakyat negara-negara anggota bisa hidup dalam perdamaian, keamanan dan kestabilan yang berkesinambungan, pertumbuhan ekonomi yang lama, kesejahteraan bersama dan kemajuan sosial”.