(VOVWORLD) - Sebagai salah satu di antara 11 rombongan kesenian dari tujuh negara peserta festival wayang internasional 2018 yang berlangsung pada medio bulan Oktober ini di Kota Hanoi, rombongan seni wayang Kerajaan Kamboja telah menaklukkan para penonton dengan seni panggung Sbek Thom (atau disebut wayang kulit), satu usaka budaya dari “negeri pagoda” yang mendapat pengakuan UNESCO sebagai adi karya pusaka budaya lisan dan nonbendawi dari umat manusia.
Para seniman-seniwati rombongan wayang Kamboja (Foto: vov.vn) |
Nyanyian yang sangat muluk dan mencintai kehidupan dari kaum tani Kamboja ketika bekerja di sawah menarik para penonton sejak detik-detik pertama. Di panggung, 6 seniman dari rombongan kesenian Kamboja duduk di belakang sehelai kain layar yang berwarna hitam di bawah latar, mereka bernyanyi sambil memainkan wayangnya secara trampil. Dengan sinaran lampu yang menyorot dari sebelah belakang, gambar khas tentang daerah pedesaan Kamboja muncul secara hidup-hidup di depan para penonton dengan rumah panggung, barisan pohon siwalan dan petani pengembara kerbau, bersawah dan lain-lain. Pertunjukan ini meliputi dua bagian yang adalah dua kisah yang berbeda-beda, bagian pertama dengan nama: “Adu kerbau” dan bagian kedua dengan nama “Pekebun dan majikannya”. Seniman Saran, Penasehat Kementerian Kebudayaan dan Kesenian Kerajaan Kamboja, salah seorang di antara 6 seniman Kamboja yang langsung melakukan pertunjukkan mengatakan bahwa ini merupakan kisah-kisah yang sangat dekat dan beken bagi warga Kamboja. “Dulu, seni pagelaran wayang senantiasa digunakan untuk melukiskan satu kisah dalam wiracarita Khmer, tetapi belakangan ini, kami lebih memperhatikan masalah memasukkan kisah-kisah yang bersifat zaman ke dalam pertunjukan wayang, misalnya tentang masalah keluarga, kecelakaan lalu lintas, narkotika, perubahan iklim dan lain-lain. Dengan demikian, seni wayang punya sifat rekreasi sampai punya sifat mendidik yang tinggi, mudah didekati dan muda dimengerti bagi penonton baik orang tua maupun muda”.
Seniman Saran juga memberitahukan bahwa kisah “Adu kerbau” dan “Pekebun dan majikannya” tidak memberikan humor, tapi potensial dengan pesan-pesan yang bermanfaat bagi kita dalam kehidupan. “Pesan dari kisah pertama ialah jangan terperangkap ke dalam perjudian. Kerbau menjadi simbol dari harta benda kaum tani, merupakan perkakas untuk mencari nafkah bagi mereka. Kalau kalah, harta benda hilang, kita mudah menimbulkan kontradiksi dengan orang di sekitar. Sedangkan, dalam kisah kedua, kami ingin menyampaikan saranan bahwa bagi masalah-masalah yang kecil dalam keluarga, pertama-tama berusaha memecahkannya sendiri, jangan mendasarkan pada orang lain, karena kadang-kadang jatuh pada situasi uang hilang tapi penyakit tetap ada”.
Untuk membuat persiapan bagi acara ini, para seniman Kamboja telah harus melakukan latihan selama sebulan. Seniman Sen Kosol, seorang anggota rombongan kesenian Kamboja menyatakan bahwa hal yang paling penting dan juga paling sulit ketika melakukan pertunjukan ialah bagaimana se-irama dengan setiap tokohnya. “Dalam satu lakon, seorang seniman bisa mempertunjukkan 2-3 tokoh, perihal setiap tokoh punya karakter dan gerak serta irama yang berbeda-beda. Untuk melakukan pertunjukan secara baik, selain rajin melakukan latihan, ketika melakukan pertunjukkan perlu ada perhatian optimal dan ada kegandrungan untuk bisa berbaur dengan tokohnya”.
Menurut penilaian dari Seniman Rakyat Vuong Duy bien, mantan Deputi Menteri Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Viet Nam, Ketua Dewan Seni Festival Wayang Internasional 2018, acara wayang kulit dari rombongan Kamboja kali ini punya kualitas yang lebih tinggi terbanding dengan festival-festival sebelumnya. “Terbanding dengan sebelumnya, acara wayang kulit dari rombongan Kamboja kali ini sangat baik, iramanya gembira, teknik pertunjukan sangat lihai, khususnya ialah diselipi dengan musik, dipentaskan secara teliti dan kisahnya mudah dimengerti. Pada kali-kali sebelumnya, mereka lebih bergantung pada sosialisasi tentang kebudayaan kuno negerinya, maka kreativitasnya terbatas dan isinya juga abstrak dan sulit dimengerti oleh penonton. Tapi kali ini, mereka telah memasukkan sifat zaman ke dalam acara pertunjukan mereka. Dengan demikian, mereka tetap bisa menyosialisasikan kebudayaannya sambil membuat kisahnya tidak berat lagi”.
Hadiah tentang acara yang punya “Musik yang paling terkemuka” merupakan hadiah yang pantas bagi upaya-upaya rombongan seni wayang Kamboja. Melalui tokoh-tokoh dan kisah yang sangat sederhana, para seniman Kamboja telah secara lihai menonjolkan nilai kebudayaan tradisional negerinya dan menyampaikan pesan-pesan yang sangat bermakna kepada para penonton.