(VOVWORLD) - “Suara desaku” merupakan kisah tentang manusia yang membuang sampah plastik secara membabi buta, merusak hutan sehingga mendatangkan musibah lingkungan dan perubahan iklim. Ini merupakan lakon dari Rombongan Wayang Laos dalam Festival ke-5 Wayang Internasional tahun 2018 di Kota Ha Noi. Lakon ini menyampaikan satu pesan “Manusia merusak lingkungan hidup dan juga manusia lah yang baru bisa membersihkan lingkungan hidup itu”.
Satu adegan dalam lakon wayang dari rombongan Laos (Foto: vovworld.vn) |
Pada pukul 8.15, ketika layar panggung dikerek naik, panorama satu hutan muncul di depan mata penonton dengan pohon-pohon hijau yang dibuat secara prigel oleh para seniman dari tubuh pohon dan kepingan kain. Yang berselang-seling dengan suara kicau burung, suara teriakan monyet dan suara seruling Khen orang Laos sehingga membuat daerah ini tampak sangat tenteram. Dua ekor burung berwarna putih yang dibuat dari kain, dikaitkan pada satu tangkai yang dikendalikan oleh para seniman yang lihai sehingga membuat penonton merasakan mereka sedang bermain-main. Seekor monyet yang dimainkan oleh seorang seniman dengan mengenakan topeng sedang asyik makan daun pohon tanpa memperhatikan semua di sekitarnya. Suara anak sungai mengalir gemericik muncul juga adalah saat di mana dua seniman mengendalikan sehelai kain yang berwarna hijau sebagai simbol anak sungai di tengah-tengah hutan , 4 wayang ikan bertangkai yang dikendalikan oleh dua seniman sedang berenang. Di sampingnya ialah dua ekor bangau yang dibuat dari tangkai kayu dan pipa air sedang dengan santai mencari pakan di tepi anak sungai sehingga membuat anak-anak sangat senang dan bertepuk tangan. Itulah zaman permulaan ketika lingkungan hidup belum terkena pengaruh dari tangan-tangan manusia dan mesin-mesin modern.
Keadaannya tetap seperti itu, tetapi para penonton dikejutkan oleh suara motor kendaraan, suara gergaji mesin dan kilatan-kilatan api. Seorang seniman mengenakan topeng dari pelepah pinang, mengenakan kemeja yang cukup santun dan mengemudikan motor imajinasi beserta suara motor yang keras dan sedang bergerak secara zig-zag, menabrak para pejalan sehingga membuat mereka marah dan membuang sampah plastik ke tanah. Ketika situasi ini terjadi, sudah ada orang yang mengingatkan mereka, tetapi mereka membiarkannya dan berpikir bahwa itu bukanlah pekerjaan mereka. Saudara Vannanet Vetdavong, sutradara lakon “Suara desaku” dari rombongan Seni Wayang Nasional Laos (Direktoratan Pertunjukan-Kementerian Kebudayaan Informasi dan Pariwisata Laos” memberitahukan: “Kami mementaskan dan melatih lakon ini selama 3 pekan. Selama menjalankan latihan, kami juga memakan lebih banyak waktu karena harus melakukan banyak pekerjaan sekaligus. Isi yang ingin kami sampaikan ialah kita harus bersinergi membela dunia kita agar generasi anak, cucu kita bisa menikmati satu lingkungan yang jernih dan bersih”.
Ketika berbicara tentang ciri khas seni wayang Laos, saudara Vannanet Vetdavong memberitahukan: “Keunikan kami yang berbeda dengan rombongan-rombongan lain ialah dalam lakon ini, kami menggunakan wayang-wayang yang dibuat dari benda-benda yang sudah dibuang atau barang dari rotan dan bambu rajutan. Semua wayang ini sepenuhnya buatan para seniman kami sendiri”.
Saudari Hoai, seorang penonton telah asyik menonton sepanjang pertunjukan. Dia merasa sangat senang karena ini untuk pertama kali dapat menonton pertunjukan wayang Laos. Dia mengatakan: “Dari wayang sampai pakaian dan musik, semuanya membawa ciri khas dari Laos. Para seniman telah mengkombinasikan suara, cahaya dan setiap tingkah laku wayang secara sangat menarik dan dimengerti, semua faktor ini akan membuat anak-anak merasa sangat senang. Pesan yang diberikan lakon ini ialah supaya bersinergi melestarikan alam sekitar walaupun tindakan-tindakan sengaja atau tidak sengaja yang kita lakukan bisa merusak alam sekitar. Ini merupakan pesan lama tapi baru dan perlu disebar-luaskan lebih lanjut lagi”.
Citra dua wayang yang meminang-minang benih-benih hijau yang dibuat dari kain di atas fundasi suara seruling Khen Laos membuat suasana penonton menurun. Benih-benih hijau itu menjadi hutan dan terus menarik kembalinya burung dan binatang untuk hidup.
Lakon ini berakhir pada pukul 8.45, ratusan penonton di aula berdiri bertepuk tangan menyambutnya. Ketika Festival ke-5 Wayang Internasional 2018 berakhir, rombongan Laos mencapai medali emas. Selain itu, mereka juga merebut hadiah-hadiah sampingan untuk seniman yang mengendalikan wayang secara terkemuka dan menciptakan wayang yang terkemuka.