(VOVWORLD) - Menghadapi perubahan-perubahan politik yang bersifat titik balik dari Pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap konflik Rusia-Ukraina, negara-negara Eropa sedang dengan giat membuat rencana sendiri untuk menjamin keamanan Ukraina dan benua ini di masa depan.
Pada tanggal 2 Maret, Kepala Negara dari 16 negara Eropa, Kanada, bersama dengan pemimpin Uni Eropa, aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Turki menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pertahanan di London, Ibu kota Inggris guna membahas rencana bantuan keamanan untuk Ukraina dan membangun kapasitas pertahanan Eropa di masa depan.
Eropa berada di persimpangan tiga sejarah
Setelah menyelesaikan diskusi-diskusi multilateral dan bilateral di London pada Minggu sore (tanggal 2 Maret), Perdana Menteri (PM) Inggris, Keir Starmer, memberitahukan bahwa konferensi tersebut telah berhasil menyepakati empat poin yang terkait dengan proses penanganan konflik Rusia-Ukraina, yaitu: Mempertahankan bantuan militer untuk Ukraina; Menjamin kehadiran Ukraina dalam negosiasi-negosiasi; Eropa menargetkan untuk mencegah semua serangan terhadap Ukraina di masa depan; Membentuk “aliansi sukarela” untuk melindungi Ukraina dan menjamin perdamaian jangka panjang di sana. Di depan mata, terkait dengan target pertama yaitu mempertahankan bantuan militer untuk Ukraina, Inggris akan memberikan paket kredit ekspor senilai 1,6 miliar poundsterling (sama dengan 2,01 miliar USD) kepada Ukraina untuk membeli lebih dari 5.000 rudal pertahanan udara baru, yang diproduksi di Belfast (Irlandia Utara).
Dalam jangka menengah, Inggris, Prancis, dan negara-negara lainnya sepakat dalam satu kerja sama dengan Ukraina mengenai sebuah rencana untuk menghentikan konflik, dengan titik beratnya ialah rekomendasi-rekomendasi tentang penggelaran pasukan penjaga perdamaian Eropa ke Ukraina guna mempertahankan satu gencatan senjata atau satu perjanjian perdamaian, jika para pihak mencapai kesepakatan tersebut. Rencana ini diperkirakan akan diselesaikan oleh negara-negara Eropa dalam waktu dari 1 hingga 10 hari, melalui serangkaian pertemuan baru, dan kemudian akan dikirim kepada Pemerintah AS. PM Inggris, Keir Starmer, menyatakan:
“Para pemimpin kami telah sepakat untuk melakukan lagi pertemuan dalam waktu dekat untuk menjaga kelajuan dari tindakan-tindakan saat ini dan bersama-sama mendorong rencana bersama ini. Kita sedang berada di persimpangan tiga sejarah dan saat ini bukanlah waktu untuk berbicara, tetapi untuk bertindak, untuk maju dan mengumpulkan semua solidaritas di sekitar sebuah rencana yang menjamin perdamaian yang adil dan berjangka panjang.”
Pemimpin negara-negara pada KTT Eropa tentang masalah Ukraina, pada 2 Maret 2025 (Foto: EFE) |
Satu gerak-gerik lain yang patut diperhatikan yang diumumkan Presiden Prancis, Emmanuel Macron setelah Konferensi ialah rekomendasi tentang pelaksanaan satu gencatan senjata sementara dalam waktu sebulan di Ukraina. Menurut Presiden Prancis, gencatan senjata ini meliputi penghentian semua tindakan militer di udara, di laut dan menyasar pada infrastruktur energi dari para pihak.
Ketika memberikan reaksi atas hasil yang dicapai pada Konferensi di London bersama dengan rekomendasi dari negara-negara Eropa, Juru bicara Istana Kremlin, Dmitry Peskov beranggapan bahwa negara-negara Eropa masih belum benar-benar memprioritaskan perdamaian dan rencana Eropa berbahaya memperpanjang permusuhan dalam konflik Rusia-Ukraina.
Tantangan merealisasikan komitmen
KTT di London mengakhiri seminggu diplomasi yang bertubi-tubi dengan banyak prahara dari negara-negara Eropa yang terkait dengan penanganan konflik Rusia-Ukraina dan penetapan struktur keamanan masa depan Eropa, antara lain, kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron (24 Februari) dan PM Inggris Keir Starmer (27 Februari) di AS dan khususnya pertemuan yang menegangkan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden AS Donald Trump pada tanggal 28 Februari di Gedung Putih.
Menurut kalangan pengamat, pesan-pesan positif yang berasal dari London membantu Eropa mengurangi sebagian dampak negatif dari pertemuan-pertemuan antara dua pemimpin AS-Ukraina pada tanggal 28 Februari lalu, bersamaan itu meningkatkan kemungkinan bahwa Eropa mempunyai suara yang lebih besar dalam proses menangani konflik Rusia-Ukraina, pada latar belakang Eropa masih sedang khawatir tentang dikesampingkannya dalam negosiasi-negosiasi biltaeral antara AS dan Rusia.
“Persekutuan sekarela meungkin mengubah semua masalah terkait dengan gerak-gerik tentang negosiasi perdamaian saat ini. Menurut saya, perihal memanifestasikan komitmen-komitmen yang signifikan dari Eropa, beberapa negara Eropa yang dipilih, menunjukkan bahwa Eropa harus menjadi bagian dari negosiasi perdamaian. Ini bukan tentang meminta kursi di meja negosiasi, tetapi Eropa harus mendapat kursi itu, karena apa yang dapat dikontribusikan oleh Eropa”.
PM Inggris, Keir Starmer (Foto: AFP) |
Masalah bagi Eropa ialah laju realisasi rencana-rencana yang telah dikeluarkan. Di samping topik keamanan terkait Ukraina, satu tantangan besar lainnya yang diakui para pemimpin Eropa di London ialah permintaan tentang perlengkapan darurat untuk benua ini dalam menghadapi bahaya bahwa AS berangsur-angsur menarikkan komitmen-komitmen keamanan dengan Eropa. Menurut Presiden Komisi Eropa, Ibu Ursula von der Leyen, Eropa harus cepat meningkatkan pengeluaran pertahanan dan Komisi Eropa akan segera menyampaikan rancangan tentang penghapusan ketentuan-ketentuan Uni Eropa tentang taraf defisit anggaran keuangan guna membantu negara-negara meningkatkan anggaran keuangan pertahanan, dari taraf 3% ke 3,5% GDP masing-masing negara, seperti rekomendasi Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Rancangan tersebut bisa diumumkan pada KTT Uni Eropa pada pekan ini, pada tanggal 7 Maret di Brussels.