(VOVworld) - Warga etnis minoritas H’re mempunyai tradisi menanam padi sawah dan berhuma, oleh karena itu, semua aktivitas ritual berkaitan dengan siklus hidupnya pohon padi. Sudah sejak lama, warga etnis H’re percaya bahwa semua benda di dunia ini mempunyai dewa, warga H’re selalu mengorganisasi berbagai ritual pemujaan untuk memohon semua dewa melindungi dan mengusir kemalangan, wabah penyakit dan mendatangkan masa tanam yang baik, manusia sejak lahir mendapat kehidupan yang tenang dalam kehidupan.
Minum miras khas Can di dalam upacara pernikahan warga etnis minoritas H're.
(Foto: vov5).
Dalam kehidupan kejiwaan, warga etnis H’re sudah sejak lama percaya bahwa semua aktivitas manusia dikuasai oleh berbagai kekuatan supranatural, oleh karena itu, dalam kehidupan dan dalam produksi cocok tanam juga ada banyak ritual pemujaan. Ritual-ritual pertanian seperti memuja jiwa padi, memuja dewa tanah, dewa air dan lain-lain…dilaksanakan dalam proses produksi padi sawah, tapi berfokus pada dua tahap di masing-masing masa tanam, ketika menanam padi dan ketika memanemi padi dan menyimpan padi dalam gudang. Upacara memuja kerbau merupakan ritual yang bersifat komunitas paling besar yang selalu menyerap ikutsertanya banyak warga desa. Ibu Phung Thi Lan, seorang peneliti di Museum Etnologi Vietnam memberitahukan:“Upacara memuja kerbau juga merupakan ritual yang paling besar dalam kehidupan kejiwaan mereka. Warga etnis H’re memilih kerbau karena itu merupakan binatang yang bernilai, dianggap sebagai teman dekat dan berkaitan erat dengan manusia dalam produksi. Ritual ini diadakan untuk menyatakan terima kasih dan utang budi kepada dewa yang telah membantu warga dukuh mempunyai kekuatan dan mencapai sukses”.
Tari-tarian di kalangan warga etnis H're
( Foto: vov5)
Di antara berbagai ritual memuja dewa padi, ritual “memuja nasi baru” sangat dihargai warga etnis H’re. Dalam pesta memuja kerbau atau pesta pemujaan menyambut padi baru, semuanya merupakan kesempatan bagi pemuda-pemudi dalam dukuh dan dari luar dukuh untuk saling bertemu, bersama-sama minum miras, menari, menyanyi serta menyatakan rasa cinta. Bagi warga etnis H’re, mengadakan upacara pemujaan masuk rumah baru tidak hanya merupakan peristiwa yang penting terhadap tuan rumah saja, melainkan juga merupakan pesta yang gembira untuk seluruh dukuh. Upacara pemujaan menyambut rumah baru dibagi menjadi dua bagian. Bagian upacara dan bagian festival. Talam sajian yang dipersembahkan kepada dewa tidak boleh kurang dengan daging babi, ayam, beras, nasi, botol miras dan lain-lain…Bagian festival merupakan bagian yang berlangsung terakhir dimana semua warga dalam dukuh bersama-sama minum "miras khas Can" dan menonton acara-acara tari, pertunjukan gong dan bonang untuk berbagi kegembiraan dengan tuan rumah.
Bagi warga etnis H’re, upacara pemujaan mengatur rumah untuk merayakan Hari Raya Tet juga merupakan ritual yang tidak bisa kurang. Upacara mengatur rumah sederhana, tapi masih dilaksanakan menurut adat kebiasaan tradisional. Bapak Pham Van Dat, peneliti ilmu etnis memberitahukan:“Pada awal tahun, sebelum membungkus kue Chung untuk merayakan Hari Raya Tet, warga etnsi H’re mengadakan upacara pemujaan mengatur rumah. Upacara ini dilakukan secara sederhana dengan satu telur ayam jantan saja. Artinya yalah mengusir semua hal yang malang dan jelek dalam tahun lama dan menyambut semua yang paling baik dalam tahun baru”.
Sehubungan dengan Hari Raya Tet, warga etnis H’re juga mempunyai banyak ritual pemujaan dan pesta yang lain. Hari Raya Tet tradisional dari warga etnis H’re selalu diadakan pada awal bulan dua dan bulan tiga tahun imlek. Masing-masing dukuh warga etnis H’re bisa memnetapkan hari merayakan Hari Raya Tet sendiri. Pada hari-hari ini, suasana pesta di dukuh-dukuh menjadi bergelora. Semua upacara pemujaan dari warga etnis H’re yang diadakan pada awla tahun baru bertujuan menyatakan terima kasih kepada nenek moyang yang telah membangun kehidupan dan memohon supaya dewa memberikan kekuatan dan perlindungan dalam melakukan usaha pada tahun baru.