(VOVWORLD) - Hari Raya Tahun Baru Imlek (atau biasa disebut Hari Raya Tet) sangat penting bagi orang Vietnam. Pada Hari Raya Tet, anggota keluarga berkumpul secara akrab satu sama lain. Selain itu, adat istiadat tradisional selama Hari Raya Tet di Vietnam juga sangat penting. Adat merayakan Hari Raya Tet dari setiap etnis memiliki keunikan sendiri yang menciptakan identitas budaya yang unik bagi komunitas etnis-etnis di Vietnam dalam panorama yang beragam tentang adat menyambut Hari Raya Tet dari etnis-etnis sesaudara.
Tuan rumah harus memilih, memotong 3 ranting bambu yang kuncupnya tidak patah, mengikat 3 lilin dan dupa untuk menyapu sudut-sudut rumah, dari kaki dinding rumah ke pintu utama (Foto: VOV) |
Daerah Tay Bac (daerah Barat Laut Viet Nam) adalah tempat pemukiman dari banyak etnis sesaudara seperti etnis-etnis Thai, Tay, Muong, Dao... Setiap etnis memiliki ciri unik dan khas sendiri dalam adat merayakan Hari Raya Tet, sehingga menciptakan keragaman identitas budaya dari komunitas 54 etnis di tanah air Vietnam.
Setiap tahun, pada bulan duabelas imlek (yaitu bulan terakhir dalam setahun), warga etnis minoritas Khang di Kabupaten Quynh Nhai, Provinsi Son La akan ke ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar, dan daun ganyong untuk membungkus kue Chung (sejenis kue tradisional pada Hari Raya Tet), menggunakan daun pisang hutan untuk membungkus daging bakar, dan dilapisi di talam sajian Tet. Selain menyiapkan bahan makanan untuk menyambut tahun baru, ada adat yang sangat dihargai oleh masyarakat, yaitu adat berkeramas, mencuci rambut untuk melepas tahun lama dan menyambut tahun baru.
Namun, laki-laki dan perempuan memiliki pantangan yang berbeda dalam adat berkeramas untuk melepas tahun lama. Bagi perempuan, mereka hanya diperbolehkan ke dermaga untuk mencuci rambut pada tanggal 29 bulan duabelas imlek, tidak boleh pada tanggal 30 Tet. Karena orang percaya bahwa jiwa perempuan pada dasarnya lemah, tetapi pada malam tanggal 30 bulan duabelas imlek, semua hal jin dan yang hadir untuk menyambut tahun baru, jadi jika perempuan mencuci rambut pada hari itu akan menghadapi roh-roh jahat, maka akan sakit. Sementara itu, laki-laki yang dianggap sebagai yang kuat, mencuci rambut pada tanggal 30 bulan duabelas imlek tanpa takut akan hal-hal yang buruk. Ibu Lo Thi Phac, yang memiliki pengetahuan tentang budaya etnis Khang di Kecamatan Chieng On, Kabupaten Quynh Nhai, mengatakan:
“Untuk berkeramas, Anda harus memiliki bak air bekas cuci beras, sepucuk pohon “nát” dan sepucuk pohon “so se” yang dicelupkan ke dalam bak air tersebut, lalu sapukan di atas kepala 3 kali sambil berdoa untuk mengusir semua yang buruk dan tidak beruntung, dan penyakit dari tahun lalu untuk terhanyut ke sungai. Berdoa agar para leluhur memberkati, membawa hal-hal terbaik untuk diri sendiri, keluarga, dan dukuh di tahun baru. Berdoa kepada langit dan bumi agar cuaca baik dan hasil panen berlimpah ruah”.
Seperti halnya dengan etnis-etnis lainnya, warga etnis minoritas Mong memiliki banyak adat yang kental dengan identitas budaya etnisnya. Salah satunya adalah adat memuja leluhur, mengganti altar baru pada Hari Raya Tet.
Pada sore hari tanggal 30 Hari Raya Tet, tuan rumah harus memilih, memotong 3 ranting bambu yang kuncupnya tidak patah, mengikat 3 lilin dan dupa untuk menyapu sudut-sudut rumah, dari kaki dinding rumah ke pintu utama. Selanjutnya menyapu rumah dengan konsep mengusir roh jahat dan hal yang tidak beruntung pada tahun lama, untuk menyambut keberuntungan kedamaian dan kebahagiaan pada tahun baru.
Warga etnis minoritas Dao membungkus kue Chung (Foto: dantocmiennui.vn) |
Bagian terpenting pada Hari Raya Tet dari warga etnis minoritas Mong adalah mengganti altar dan kertas yang ditempel di altar. Untuk melakukan upacara ini, tuan ruamh harus memotong bambu baru dan menggunting kertas baru untuk menggantikan altar lama, dan bersamaan itu memilih seekor ayam jantan merah besar yang indah, menyemblih dan mencabut bulu di lehernya dan tempelkannya pada selembar kertas di atas altar. Setelah dipotong, daging ayam ditaruh di atas altar untuk menghidangkan kakek-nenek dan leluhur, masakan ayam itu akan diambil pada tangal Satu bulan Satu imlek.. Bapak Thao Chu Chia, dari Dukuh Co Nhu, Kecamatan Long He, Kabupaten Thuan Chau, Provinsi Son La, mengatakan:
“Penggantian altar dilakukan pada tengah malam setelah jam alih tahun dari yang lama ke tahun baru, bangun pagi-pagi untuk berdoa memohon hal-hal yang baik. Kedua, ketika penggantian altar selesai, sekitar jam 3 atau 4 pagi kami juga harus pergi mendapatkan segelas air pertama di tahun baru dengan konsep menyambut rejeki baru, keberuntungan untuk keluarga, cuaca baik, panen berlimpah ruah. Ketiga, setelah melakukan hal di atas, pada pagi hari pertama Tahun Baru Imlek, para anggota keluarga tidak boleh pergi jauh, hanya mengucapkan selamat Tahun Baru kepada tetangga, tidak menghabiskan uang, tidak naik kendaraan pada hari ini”.
Warga etnis minoritas Dao percaya bahwa Tet merupakan kesempatan bagi seluruh keluarga untuk beristirahat dan berkumpul satu sama lain setelah setahun bekerja keras, merupakan kesempatan untuk melaporkan kepada leluhur tentang hasil sepanjang tahun, dan mendoakan hal-hal baik yang akan datang di tahun baru. Dengan ketulusan terhadap akar mereka, warga etnis Dao sangat mementingkan pemujaan leluhur selama Hari Raya Tet. Benda sajian termasuk daging babi, daging ayam jantan, kue Chung, kue Day, arak, dan sebagainya.
Sebulan sebelum Hari Raya Tet, keluarga etnis minoritas Dao di dukuh telah menyiapkan babi, ayam, nasi ketan yang bagus dan daun ganyong untuk membungkus ke Chung “gu” ( satu jenis kue bacang milik etnis minorotas Dao) , dan satu benda yang tak bisa kurang yalah kayu bakar. Setiap keluarga menyiapkan 3 potong kayu bakar besar yang bisa terbakar sepanjang 3 hari Tet sehingg tak habis dan apinya tidak terpadam. Dapur berfungsi untuk menghangatkan badan di hari-hari yang dingin, juga melambangkan keluarga yang bahagia, damai tenteram, kehidupan yang penuh dan sejahtera sepanjang tahun.
Datang ke etnis-etnis minoritas di daerah pegunungan Tay Bac pada Hari Raya Tet, selain menyaksikan adat dan ritual yang unik seperti: pantang saling memanggil, pantang berbelanja, pantang makan sayur-sayuran... di hari pertama Tahun Baru Imlek, para pengunjung juga akan menikmati suasana segar di daerah pegunungan Tay Bac, berbaur pada warna-warni indah dari bunga persik, bunga aprikot, bunga plum atau belajar cara melempar pola Pao dengan gadis-gadis etnis minoritas cantik dengan gaun yang brilian untuk bermain pada Hari Raya Tet dan menyambut musim Semi./.