(VOVWORLD) - Dalam keluarga-keluarga warga etnis minoritas Thai, hampir semua keluarga punya dandang perunggu (atau disebut mo nung). Warga etnis minoritas Thai menganggap dandang sebagai satu benda yang suci, kalau tidak ada benda itu, keluarga tidak sukses dalam hidupnya.
Dandang dari warga etnis minoritas Thai (Foto: VOV) |
Dandang merupakan benda yang sangat khusus dan mengandung banyak nilai dari keluarga etnis minoritas Thai. Oleh karena itu ia mendapat penghargaan warga etnis minoritas Thai. Bagian lebar alasnya kira-kira 28 Sentimeter, lebar mulut-nya kira-kira 29 Sentimeter. Tingginya dari bagian alas sampai mulutnya kira-kira 33 Sentimeter. Di mulut-nya dipasang dua tempat pegangan tangan yang tinggi-nya kira-kira 5 Sentimeter. Dandang perunggu bisa dihias dengan motif dengan dua ekor kadal di bawah tempat pekangan. Tentang nilai penggunaan-nya, warga etnis minoritas Thai menggunakan dandang untuk mengukus nasi ketan, merebus sayur-sayuran atau menggunakan air panas untuk memasak banyak jenis makanan sesuai dengan adat-istiadat kehidupan mereka. Bapak Lo Van Thang, di Kecamatan Thanh Truong, Kota Dien Bien Phu, Provinsi Dien Bien memberitahukan:
“Keluarga saya sudah tiga generasi menggunakan dandang ini. Warga etnis minoritas Thai berpikir bahwa setiap keluarga harus punya dandang, kalau berpindah, tempat harus membawanya karena ia bisa untuk merebus air, atau merebus bahan makanan, tapi sebagian besarnya digunakan untuk mengukus nasi ketan”.
Karena dandang punya makna penting dalam kehidupan warga etnis minoritas Thai, maka mereka melestarikan dandang dari generasi ke generasi. Mereka sedikit meminjamkan kepada orang yang lain karena berpendapat bahwa di dalam dandang perunggu ada arwah nenek-moyang. Kalau harus berpindah rumah ke tempat lain maka dandang perunggu akan merupakan benda pertama yang dibawa bersama dengan seluruh keluarga.
Juga menurut adat-istiadat warga etnis minoritas Thai, dandang perunggu merupakan harta benda yang diberikan oleh Ibu-ayah kepada anak-anak. Ketika memulai kehidupan sendiri, hanya anak laki-laki yang diberi dandang, sedangkan anak perempuan akan diberi alat rumah tangga yang lain. Mereka akan meminta kepada dukun atau orang yang lebih mengerti tentang ukuran dan mantra-mantra memilih satu dandang agar dandang itu akan menjadi suci dan digunakan untuk waktu lama, kehidupan mereka menjadi sejahtera. Ketika mengukur, mereka hanya menggunakan tutus bambu untuk mengukur dari tempat pegangan yang satu ke tempat gegangan lain, setelah itu mengukur dari sebagian di bawah sampai mulut dandang. Panjang dari bagian di alas sampai mulut harus lebih banyak terbanding dengan panjang dari tempat pagangan yang satu ke tempat pegangan yang lain. Seletah selesai mengukur, mereka akan mulai memotong tutus bambu tersebut menjadi banyak bagian, panjang sebagian itu sama dengan satu buku jari, setiap sebagian pantas dengan satu mantra, kalau akhirnya proses itu mantranya yang tidak baik, maka dandang itu akan dihapuskan karena tidak cocok dengan tuan rumah. Quang Van Lanh, di dukuh Ban Bo, Kecamatan Chieng An, Kota Son La, Provinsi Son La memberitahukan:
“Menurut pikiran warga etnis minoritas Thai, seorang lelaki ketika menikah, harus punya dandang sendiri. Dandang itu akan digunakan pada saat keluarga ada pekerjaan, mengukus nasi untuk menyedekahi nenek-moyang. Kalau tidak digunakan, dandang itu akan disimpan di kamar pemujaan nenek-moyang”.
Dandang perunggu tidak hanya merupakan alat rumah tangga saja, melainkan juga punya makna spirituil, merupakan tempat yang selalu diikuti oleh arwah suci nenek-moyang. Oleh karena itu, meskipun sekarang dandang berangsur-sangur menjadi langkah hanya ada dandang alminium menjadi umum di pasar, tapi warga etnis minoritas Thai masih tetap menghargai dandang perunggu-satu benda yang tak boleh kurang dalam kehidupan mereka sehari-hari.