(VOVWORLD) - Sejak zaman dahulu, kukus nasi ketan merupakan salah satu perkakas yang sudah terbiasa, terkait dengan kehidupan warga etnis minoritas Thai di daerah Barat Laut (daerah Tay Bac Vietnam), sering digunakan warga untuk menanak nasi ketan dan berbagai masakan etnisnya. Meskipun kehidupan telah mengalami banyak perubahan, tetapi di dapur hampir semua keluarga warga etnis minoritas Thai sekarang masih terdapat setidaknya satu panci kukus nasi ketan dan digunakan oleh warga dalam kehidupan sehari-hari.
Kukus nasi ketan dibuat dari bambu (Foto: VOV) |
Menurut adat istiadat, warga etnis minoritas Thai di daerah Tay Bac biasanya tinggal di rumah panggung, makan nasi ketan sama rebung, umbi, buah-buahan atau sayur-sayuran, semuanya dimasak matang dalam panci kukus nasi. Oleh karena itu, dalam semua keluarga warga etnis minoritas Thai, ada kukus nasi ketan, disertai dengan “ninh đồng” (berbentuk silinder dan corong, sedikit menyimpul di tengah, melebar di bagian bawah dan mulut) yang berfungsi sebagai wadah air yang menyediakan uap panas untuk memasak beras ketan atau makanan di kukusan. Kukus nasi ketan dan “ninh đồng” adalah bingkisan yang sangat berharga dan tidak bisa kurang yang disiapkan orang tua warga Thai untuk putra mereka ketika ia tumbuh dewasa dan membangun keluarganya sendiri. Bapak Tong Van Hia, dari Dukuh Mong, Kecamatan Hua La, Kota Son La, Provinsi Son La, yang memiliki pepahaman yang jelas tentang adat istiadat dan kebiasaan warga etnis minoritas Thai, mengatakan:
“Bagi warga etnis minoritas Thai, ketika membangun rumah harus ada sebuah kukus nasi ketan dan “ninh đồng”. Ketika seorang anak laki-laki menikah dan hidup terpisah dari orang tua, maka orang tuanya harus membelikan satu kukus nasi ketan dan “ninh đồng” untuk anak-anaknya, sebagai mas kawin. Dan masakan nasi ketan yang pertama akan dimasak di rumah baru sang anak laki-laki, menantu perempuan, dengan keinginan supaya dapur di rumah panggung akan selalu terdapat warna merah api, hangat, cukup sandang cukup pangan, dan berbahagia. Panci kukus tidak hanya digunakan untuk memasak nasi ketan saja, tetapi juga memiliki banyak kegunaan lainnya, semua jenis sayuran, rebung, umbi-umbian, dan buah-buahan apa pun yang cocok untuk nasi ketan atau masakan kukus akan dimasak dengan panci kukus ini. Jadi setiap keluarga warga etnis minoritas Thai tidak bisa kurang “ninh đồng” dan kukus nasi ketan”.
Kukus nasi ketan dibuat dari kayu (Foto: VOV) |
Di masa lalu, kukus nasi ketan dibuat dari kayu besar yang bersifat lunak, tidak retak, tidak melengkung. Kulit kukus tipis, halus di dalam dan di luar. Kukus berbentuk bulat, bagian bawahnya lebih kecil dari mulutnya. Namun, saat ini masyarakat sudah kreatif membuat kukus nasi ketan dengan bambu, alih-alih kayu, yang sederhana, nyaman, ramah lingkungan, dan lebih murah dari kayu.
Bapak Tong Van Hia mengatakan bahwa untuk membuat kukus bambu harus memilih bambu dan buluh (May May) dengan ruasnya panjang, lurus, bambu tua, tidak dimakan rayap, dan pucuknya tidak dipotong. Bambu dibelah menjadi lembar-lembar tipis, kemudian dirajut secara sangat rumit menjadi kukus ketan yang indah, punya daya tahan lama. Oleh karena itu, untuk menghasilkan satu kukus rata-rata dibutuhkan 2 hingga 3 hari. Bapak Tong Van Hoa mengatakan:
“Kukus kayu sangat sulit dibuat, hanya laki-laki yang bisa melakukannya.Sedangkan, kukus bambu yang disebut “ hay noi” dibuat dari tabung bambu yang besar, lurus, dua tabung dilubangi menjadi satu untuk mengurus sayur- mayur, rebung, umbi dan buah-buahan. Untuk kukus kayu, jika tidak digunakan dalam waktu lama, maka akan mudah retak. Oleh karena itu, sekarang warga tahu cara membuat kukus dengan bambu dan buluh, yang nyaman dan mudah dibuat, bahannya mudah ditemukan, dan tidak mempengaruhi pohon-pohon kayu besar di hutan”.
Wanita etnis minoritas Thai menanak nasi ketan dengan kukus nasi bambu (Foto: VOV) |
Bersama dengan kukus nasi ketan, harus ada tadah yang tipis dan lembut, berbentuk bulat, ditempatkan di dalam bagian bawah kukus agar beras atau nasi ketan tidak dapat jatuh ke dalam wadah air di bawah (ninh đồng), dan uap air masih bisa naik dari mulut “ninh đồng”, mematangkan beras yang sudah direndam sebelum dimasak. Ibu Tong Thi Bien, pemilik restoran yang menyajikan masakan etnis Thai di Desa Mong, Kecamatan Hua La, Kota Son La mengatakan:
“Restoran saya menyajikan masakan-masakan tradisional dari etnis-etnis, jadi “ninh đồng” dan kukusan sangat diperlukan untuk memasak nasi ketan untuk para tamu, serta menyajikan makanan keluarga sehari-hari. Tamu yang datang ke restoran, semuanya mau makan nasi ketan, ada yang makan nasi ketan panas, nasi ketan bakar, atau nasi ketan goreng. Beras untuk memasak nasi ketan harus pulen dan harum”.
Saat ini kukus nasi ketan dari bambu sudah banyak dijual oleh masyarakat di pasar-pasar di daerah dataran tinggi atau dijual di warung-warung penjualan produk rotan, bambu dan kain ikat etnis-etnis minoritas. Harga setiap kukus nasi ketan bambu berkisar 150.000-200.000 VND, sedangkan harga kukus nasi ketan dari kayu berkisar 300.000-500.000 VND, bergantung ukurannya. Dan kukus nasi ketan, baik yang dipahat dari kayu atau dirajut dengan bambu, telah turut menciptakan citra khas yang hanya ada di daerah dataran tinggi.