(VOVWORLD) - Menurut adat-istiadat-nya, warga etnis minoritas Thai tinggal di rumah panggung. Setiap rumah panggung biasanya mempunyai dua ruangan dapur. Selain digunakan untuk memasak, dapur juga merupakan keindahan di bawah sadar setiap warga etnis minoritas Thai.
Ruangan dapur "Chi phay pai" dari warga etnis minoritas Thai (Foto: Duc Anh/VOV) |
Dalam rumah panggung tradisional dari warga etnis minoritas Thai, tidak bisa kurang dapur api. Dulu, di setiap keluarga warga etnis minoritas Thai ada generasi-generasi yang hidup bersama maka setiap rumah panggung, biasanya mempunyai 3-5 ruangan, ada dua tangga yang diletakan di dua ujung rumah dan ada dua ruang dapur. Dalam bahasa Thai, dapur yang diletakkan di bawah kamar tidur tuan rumah disebut sebagai “Chi phay coc” sedangkan dapur luar disebut sebagai “Chi pay pai”. Dua dapur tersebut memiliki manfaat dan makna kemanusiaan yang berbeda serta ada tabu-tabu yang tertentu. Bapak Ca Van Chung, di Dukuh Co Puc, Kecamatan Chieng Ngan, Kota Son La, Provinsi Son La, Vietnam Utara mengatakan:
“Dapur api sangat diperlukan terhadap satu rumah panggung. Satu rumah yang hangat seharusnya ada dapur api. Menurut adat-istiadat dari warga etnis minoritas Thai, dapur api biasanya dibuat oleh garis ibu. Ketika dapur selesai, seorang yang mewakili garis ibu akan membakar api pertama”.
Warga etnis minoritas Thai berpikir bahwa Dewa Dapur juga adalah Dewa Api. Dewa Api memegang posisi yang teramat suci dalam rumah, menghangatkan para anggota keluarga pada hari-hari musim dingin. Dewa Api membuat nasi enak dan Dewa Dapur membuat miras lezat. Dulu, di daerah pedesaan dan pegunungan belum ada listrik maka dapur api digunakan untuk menerangi dan menghangatkan seluruh keluarga. Semua pekerjaan yang besar atau kecil dalam keluarga juga dibahas dan disetujui di sekitar dapur api. Oleh karena itu, semua keluarga selalu mempertahankannya supaya api tidak dipadamkan, terutama pada musim dingin. Tong Van Hia, di Dukuh Mong, Kecamatan Hua La, Kota Son La, Provinsi Son La mengatakan:
“Ruang dapur “Chi phay coc” biasanya ditelakkan di bawah dan berhadapan dengan ruang pemujaan nenek-moyang. Dapur ini sedikit digunakan untuk memasak setiap hari, hanya digunakan untuk menghangatkan dan mendidih air. Ketika ada tamu, semua orang akan berkumpul di sekitar dapur ini untuk berbincang-bincang”.
Khususnya, dalam ruang dapur di bawah kamar tidur tuan rumah (atau Chi phay coc), anak-cucu, terutama menantu perempuan atau para perempuan tidak dapat menggunakannya untuk memasak atau duduk bersama dengan para orang dewasa di sekitar dapur api. Hal itu memanifestasikan penghormatan kepada kakek-nenek dan ayah-ibu serta mempertahankan peraturan dalam buku silsilah keluarga. Bapak Tong Van Hia menjelaskan lagi:
“Bagian dapur Chi phay pai diletakkan di ruangan luar rumah panggung. Dapur ini digunakan untuk memasak dan tidak ada tabu-tabu. Semua aktivitas keluarga pada pokoknya berlangsung di ruangan dapur ini. Kalau keluarga ada perempuan yang baru saja melahirkan anak, juga tidur di samping dapur sampai dengan upacara perayaan sebulan untuk anak itu (berusia segenap sebulan), setelah itu, bisa pindah ke kamar tidur dari pasustri dengan maksud merawat ibu dan bayi menjadi sehat”.
Dewasa ini, masyarakat sedang berkembang, kehidupan semakin menjadi baik, perabot rumah tangga juga lebih kondusif dan modern. Tapi pada pokoknya, keluarga warga etnis minoritas Thai masih tetap mempertahankan dapur api. Dalam rumah-rumah panggung warga etnis minoritas Thai, sekarang, kalau tidak ada cukup dua dapur seperti dulu, harus ada satu dapur. Hal ini menunjukkan bahwa dapur api sungguh-sungguh mempunyai makna penting dalam kehidupan mereka.