(VOVWORLD) - Di Provinsi Lao Cai, Vietnam Utara, warga etnis minoritas Mong memiliki banyak cabang, di antaranya, kelompok etnis Mong Hijau (Mong Xanh) adalah yang paling istimewa. Orang Mong Hijau saat ini populasinya lebih dari 1.000 jiwa, kebanyakan tinggal di Kecamatan Nam Xe, Kabupaten Van Ban, Provinsi Lao Cai. Meski jumlahnya sedikit, namun identitas budaya dan adat istiadatnya masih cukup utuh, dengan ciri khas yang unik, tidak tercampur dengan etnis lain.
Satu-satunya desa warga etnis Mong di Provinsi Lao Cai. (Foto: VOV) |
Jika berbicara tentang kebudayaan etnis Mong Hijau, hal pertama yang biasanya diingat orang adalah pakaiannya. Pakaian laki-laki hanya menggunakan warna-tunggal yang dominan ialah warna nila. Oleh karena itu, orang biasanya menyebutnya orang Mong Hijau. Tapi pakaian perempuan seringkali memiliki warna-warna cerah, motifnya kaya-raya dan menonjol. Di Kecamatan Nam Xe, warga etnis Mong Hijau mempertahankan kerajinan menanam pohon linen dan menenun, menghasilkan pakaian-pakaian dengan keunikan sendiri. Di waktu senggang, para perempuan saling berkumpul untuk membuat benang linen dan menenun kain. Saudari Vang Thi Mai, penduduk Kecamatan Nam Xe, berbagi:
“Waktu berusia 17 tahun, saya mulai belajar menenun kain. Saya bisa membuat sekitar 2 set pakaian setahun, satu set untuk laki-laki dan satu set untuk perempuan. Saya bekerja di ladang dan huma sepanjang hari, hanya pada malam hari baru ada waktu untuk menenun. Setiap orang Mong Hijau pasti memiliki pakaian untuk dikenakan pada hari raya dan Tahun Baru, termasuk anak laki-laki dan perempuan.”
Tak hanya menjahit pakaian untuk para anggota keluarga, para ibu lansia di Dukuh Tu Thuong (Kecamatan Nam Xe) juga tak lupa mengajari dan mewariskan kerajinan menenun kepada anak cucunya. Pakaian Mong Hijau tidak terlalu neka-neka dalam hal warna dan motif, tetapi untuk membuat satu pakaian adalah proses yang rumit, karena semua tahapan sepenuhnya dibuat dengan tangan, siapa yang tidak sabar tidak akan bisa mengikutinya.
Ibu Vang Thi Mai telah belajar menenun sejak berusia 17 tahun. (Foto: VOV) |
Tidak hanya membuat benang linen dan menenun, masyarakat Mong Hijau juga melestarikan banyak ciri budaya dan adat istiadat yang unik, seperti lagu-lagu dan tarian rakyat, festival, dan ritual tradisional. Untuk orang Mong Hijau, ritual penting yang sangat diperlukan ialah upacara memberi sedekah kepada leluhur yang diadakan dari tanggal 12 hingga tanggal 15 bulan ketujuh kalender Imlek. Pada kesempatan ini, selain talam sesajian sedekah yang diatur di altar utama saja, juga diadakan upacara pemujaan di area dapur utama keluarga. Ini juga merupakan ritual khusus yang hanya dimiliki oleh orang Mong Hijau. Juga pada tanggal 15 bulan ketujuh kalender Imlek, yang paling bergelora di Dukuh Mong Hijau adalah permainan-permainan rakyat yang membawa identitas khas etnisnya.
Selain itu, instrumen musik etnis Mong Hijau juga berbeda, yang tipikalnya ialah seruling. Warga etnis Mong di Kecamatan Nam Xe memiliki instrumen musik tradisional yang unik, yaitu seruling yang dibuat dari pohon “vau” (sejenis bambu) yang digunakan dalam upacara pernikahan. Dalam bahasa Mong, seruling itu disebut No Ta Mo. No Ta Mo adalah instrumen musik tradisional yang unik dari laki-laki, digunakan oleh para pak comblang dalam upacara pernikahan. Untuk mengembangkan efisiensi konservasi, para seniman budaya, seni dan kerajinan tradisional dari kelompok warga etnis Mong Hijau juga telah dipilih untuk membentuk klub yang melakukan kegiatan berkala guna mengembangkan dan menyebarkannya di kalangan masyarakat. Bapak Duong Tuan Nghia, Wakil Kepala Dinas Kebudayaan dan Olahraga Provinsi Lao Cai, mengatakan:
“Kami telah melakukan statistik dan survei untuk seluruh pusaka budaya masyarakat Mong Hijau di Kabupaten Van Ban. Bersamaan dengan itu kami juga mendukung dan membantu masyarakat Mong Hijau untuk memulihkan festival tradisional.”
Generasi muda warga etnis Mong Hijau di Kecamatan Nam Xe melanjutkan generasi sebelumnya untuk menjaga eksistensinya kebudayaan unik dan adat istiadat etnisnya . Dengan demikian, baik melestarikan kebudayaan etnis maupun membuka arah baru dalam mengembangkan pariwisata pengalaman, turut mengembangkan dukuh yang bahagia dan sejahtera.