(VOVWORLD) - “Tung Tung da da” merupakan tarian tradisional khas dari warga etnsi minoritas Co Tu yang sifat kolektifnya sangat tinggi. Ini tarian indah dan menyenangkan yang menarik partisipasi dari banyak peserta. Tarian “tung tung da da” menunjukkan perpaduan yang serasi antara laki-laki dan perempuan, melambangkan paduan antara unsur Yin dan Yang di alam semesta.
Semua orang menari bersama sesuai dengan langkah lingkaran, berlawanan dengan arah jarum jam, bersemangat dan berdenyut dengan latar belakang suara genderang, gong dan bonang yang bergema di tengah pegunungan Truong Son yang megah.
Tarian Tung Tung Da Da dari warga etnis minoritas Co Tu (Foto: Ngoc Anh) |
“Tung Tung” dalam bahasa Co Tu berarti menggeliat tinggi, lebih bersemangat, lebih kuat dan lebih mantap, mengekspresikan keinginan manusia dalam menaklukkan alam semesta. Sementara itu, “Da da” dalam bahasa Co Tu berarti lurus dan berirama, membawa cita-cita makna spiritual untuk bersyukur kepada langit dan bumi, menghormati orang tua, mencintai orang yang lebih muda, menyokong yang lemah.
Tarian “Tung tung da da” dianggap sebagai jembatan penghubung antara masa lalu dan masa kini. Bagi warga etnis Co Tu, tarian “Tung tung da da” adalah cara untuk menghubungkan dunia nyata dengan alam semesta dan nenek moyang. Bapak Briu Po, Sesepuh desa yang berwibawa di Kecamatan Lang, Kabupaten Tay Giang, Provinsi Quang Nam, mengatakan:
“Tarian “Tung tung” adalah tarian untuk laki-laki, dan “da da” untuk perempuan. Laki-laki menabuh genderang, gong, dan bonang. Suara genderang dan bonang semakin bergema semakin baik. Ada laki-laki yang memegang “tu va” (Blowing horn), guci arak, tombak, dan sebagainya, menari sesuai irama suara genderang dan gong. Perempuan menggendong keranjang. Gerakan tariannya menunjukkan bahwa mereka merayakan pekerjaan yang telah mereka lakukan, berdoa dan memohon kepada langit dan bumi untuk memberkati penduduk desa dengan hal-hal yang baik.”
Bapak Briu Po, Sesepuh desa yang berwibawa di Kecamatan Lang, Kabupaten Tay Giang, Provinsi Quang Nam (Foto: VOV) |
Tarian “tung tung da da” mempunyai prinsip bahwa setelah genderang dan bonang dibunyikan, pihak perempuan selalu bergerak ke luar untuk menari terlebih dahulu, setelah giliran pihak perempuan adalah giliran pihak laki-laki. Tarian “tung tung da da” biasanya diselenggarakan pada festival-festival besar di desa, seperti festival menohok kerbau, festival menyambut padi baru, dan upacara pembangunan rumah tradisional Guol. Saudara Bh'ling Phat, Kepala Desa P'ning, Kecamatan Lang, Kabupaten Tay Giang, Provinsi Quang Nam, mengatakan:
“Saat menari, orang menegakkan pohon Neu (pohon bambu panjang), mengikat kerbau pada kaki pohon Neu, agar orang-orang menari di sekitarnya dalam bentuk lingkaran. Tim pemain genderang dan bonang di depan. Di belakang tim itu ada sekelompok perempuan yang menari “da da”, yang paling di luar adalah kelompok laki-laki yang menari “tung tung”. Menari bisa meraum, seperti suara harimau hutan memanggil kawanannya. Sang penabuh genderang biasanya adalah orang meraum, seperti memanggil penduduk desa, yang satu meraum, yang lain juga meraum untuk merespon.”
Saat ini, daerah-daerah tempat pemukiman masyarakat Co Tu, seperti kabupaten-kabupaten: Nam Dong, A Luoi (Provinsi Thua Thien Hue), Hoa Vang (Kota Da Nang), Tay Giang, Dong Giang, Nam Giang (Provinsi Quang Nam) ), sedang melestarikan dan mengembangkan dengan baik tarian “tung tung da da”. Bapak Tao Viet Hai, Wakil Kepala Dinas Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Quang Nam, mengatakan:
“Masyarakat Co Tu memiliki ciri budaya yang sangat unik, dari segi kesenian mereka memiliki tarian khas yaitu tung tung da da. Tarian “tung tung da da” ini yang kami lestarikan dan anekaragamkan. Setiap 4 tahun, kami menyelenggarakan festival olahraga etnis-etnis minoritas di Provinsi Quang Nam, untuk mengkonservasikan dan mengembangkan nilai-nilai tradisional.”
Pada tahun 2014, tarian “tung tung da da” dari masyarakat Co Tu di 3 kabupaten: Nam Giang, Dong Giang dan Tay Giang (Provinsi Quang Nam) diakui oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Vietnam sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional./.