(VOVWORLD) - Di antara total 16 etnis minoritas yang masing-masing punya populasi sebanyak dibawah 10 ribu orang di Vietnanm, etnis minoritas Ngai punya populasi yang besarnya nomor 6 sekitar 1.200 jiwa yang tinggal di 27 provinsi dan kota, tetapi yang terbanyak bermukim di Provinsi Thai Nguyen.
Warga etnis minoritas Ngai membangun rumah “trinh tuong” dengan tanah liat yang dicampur jerami (Foto: baotangdantoc.vn) |
Warga etnis minoritas Ngai juga disebut dengan nama-nama lain seperti: Khach Gia, He, Ngai Hac Ca, Ngai Lau Man, Sin, Dan, Le, dan lain-lain. Tetapi mereka menyebut diri sendiri sebagai San Ngai, artinya orang pegunungan. Nama itu tidak hanya menunjukkan topografi pemukiman, tetapi juga menegaskan bahwa etnis minoritas Ngai merupakan salah satu kelompok orang yang berjasa mendirikan dukuh-dukuh di daerah pegunungan.
Untuk beradaptasi dengan kondisi hidup di daerah pegunungan, dulu warga etnis minoritas Ngai telah berpikir untuk membangun sebuah rumah yang tahan kabut dan kedinginan pada musim dingin, dan sejuk di musim panas, sekaligus dapat menentang orang buruk dan binatang buas – itulah rumah yang dibuat dari tanah (atau disebut rumah “trinh tuong”).
Seperti halnya dengan beberapa etnis minoritas yang lain, nampaknya dulu warga etnis minoritas Ngai sudah punya kiat dalam teknik membangun rumah-rumah “trinh tuong” dengan tanah liat. Warga etnis minoritas Ngai tinggal secara berkumpul di dukuh di lereng bukit dan lembah, di dekat sungai dan anak sungai, agar mudah mengambil air untuk melakukan usaha pertanian. Rumah warga etnis minoritas Ngai pada pokoknya punya 3 ruangan dan 2 kamar sampingan, biasanya dibangun dengan banyak atap tertutup dan dipasangi dengan genting Yin Yang. Tham Dich Tho, seorang warga etnis minoritas Ngai mengatakan:
“Dalam proses membangun rumah “trinh tuong”, kami menggunakan acuan kayu untuk membuat dinding. Kami mengisi tanah ke dalam acuan itu. Setelah ruas dinding itu kering dan teguh, kami terus melakukan ruas-ruas dinding selanjutnya dengan acuan sampai berhasil menciptakan dinding rumah sempurna. Acuan itu panjangnya 35cm, tingginya 35-40 cm. Tanah untuk membuat dinding diambil di belakang rumah”.
Untuk bisa membangun satu rumah “trinh tuong” yang tokoh itu, dulu setiap kali sesuatu keluarga membangun rumah, maka orang-orang sedukuh datang untuk membantu mereka. Hari membangun rumah juga dianggap sebagai hari pesta dukuh, dan hanya dalam waktu sekitar 10 hari sebuah rumah yang sempurna sudah selesai. Juga menurut Tham Dich Tho, setelah menyelesaikan pembangunan dinding tanah, baru membagun pilar dan membuat atap rumah:
“Orang kaya menggunakan rumput alang-alang untuk membuat atap. Sementara itu, warga biasanya menggunakan jerami dan daun tebu. Atap yang dibuat dari rumput alang-alang bisa bertahan sampai 3-4 tahun, tetapi kalau dibuat dari jerami hanya bertahan 1 tahun, dan daun tebu adalah 1,5 tahun”.
Dalam arsitektur rumah warga etnis minoritas Ngai, kalau rumah punya 5 ruangan, maka akan ada 2 kamar tidur; sedangkan rumah yang punya 3 ruangan, akan hanya 1 kamar tidur. Sisanya adalah ruang tamu dan tempat pemujaan nenek-moyang. Arsitektur rumah populer dari warga etnis minoritas Ngai pada zaman dulu adalah “rumah pertahanan”. Arsitektur ini menunjukkan gaya hidup tertutup dan independen dari keluarga-keluarga etnis Ngai. Hal ini sama artinya bahwa ruangan utama, ruangan dapur, kandang ternak dan unggas sambung-menyambung menjadi satu lingkaran yang tertutup, dan setiap rumah punya satu atap sendiri. Bagian di tengah digunakan sebagai halaman bersama untuk aktivitas-aktivitas sehari-hari. Khususnya, di rumah tradisional warga etnis minoritas Ngai hanya ada satu pintu utama, dan dua jendela kecil di samping untuk memeriksa semua yang sedang berlangsung di luar.
Sekarang di Rukun Tetangga Tam Thai, Kecamatan Hoa Thuong, Kabupaten Dong Hy, Provinsi Thai Nguyen, hanya ada satu keluarga bapak Tran Thanh Quang yang masih tetap menjaga dapur yang dibangun menurut cara membangun rumah “trinh tuong”, akan tetapi struktur atapnya sudah berubah. Altar dalam rumahnya juga berubah sesuai dengan kehidupan modern. Bekas satu-satunya yang masih ada ialah bekas-bekas dari kertas merah yang ada di altar. Menurut Pham Thanh Son, pejabat Perkampungan Kebudayaan dan Pariwisasta Etnis-Etnis Vietnam, karena sekarang hampir semua keluarga warga etnis minoritas Ngai membangun rumah yang sama seperti warga etnis Kinh, dalam proses membangun Perkampungan ini, usaha memulihkan ruang desa tradisional dari warga etnis minoritas sangat difokuskan:
“Kami sudah melakukan kunjungan di daerah pedesaan, membuat proyek dan merancang pembangunan seluruh ruang hidup warga etnis minoritas Ngai. Ini akan menjadi tempat tinggal dan mengkonservasikan nilai-nilai budaya bendawi dan non-bendawi dari warga etnis minoritas Ngai”.
Selain rumah-rumah tradisional dari warga etnis minoritas Ngai, bergantung pada zona pemukiman penduduk, warga etnis minoritas Ngai juga mengubah rumahnya yang sama dengan rumah warga setempat. Meskipun ada perubahan tentang bahan bangunan, tetapi mereka tetap menjaga rumah tradisional yang meliputi rumah utama, dapur, kandang ternak yang dibangun secara terpisah.