Perekonomian Kamboja Memanfaatkan “Katalisator” dari Perjanjian RCEP

(VOVWORLD) - Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) memainkan peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kamboja dengan penyerapan investasi asing langsung dan penciptaan peluang-peluang bisnis yang baru. Pada tahun  lalu, peningkatan ekspor barang Kamboja ke pasar negara-negara anggota Perjanjian RCEP memperlihatkan kebutuhan pasar kawasan RCEP terhadap barang dan produk buatan Kamboja serta kepercayaan dan optimisme tentang prospek pengembangan ekonomi negeri pagoda ini. 
Perekonomian Kamboja Memanfaatkan “Katalisator” dari Perjanjian RCEP - ảnh 1Bagi Kamboja, RCEP memberikan banyak kemudahan perdagangan serta menyerap investasi. Foto: Vietnam+

Sejak resmi berlaku pada tgl 1 Januari 2022, Perjanjian RCEP telah menciptakan motivasi untuk mendorong kerja sama perdagangan regional, memberikan kepentingan besar kepada ke-15 anggotanya, yang meliputi 10 negara ASEAN dan 5 negara mitra. Bagi Kamboja, RCEP memberikan banyak kemudahan perdagangan serta menyerap investasi, membantu negara ini menuju ke tahap pembangunan berikutnya secara lebih cepat dan berpartisipasi lebih banyak pada rantai pasokan global. Di depan kalangan pers, baru-baru ini, Bapak Pen Sovicheat, Sekretaris Negara merangkap Juru bicara Kementerian Perdagangan Kamboja, menekankan:

Selama 11 bulan tahun 2024, nilai perdagangan antara Kamboja dengan negara-negara anggota RCEP mencapai lebih dari 31,336 miliar USD, meningkat lebih dari 18% dibandingkan dengan masa yang sama tahun lalu. Peningkatan ini tercapai karena Kamboja telah memperkuat ekspor beberapa produk utama yang baru seperti kacang mete, ban, alas kaki, dan sebagainya, ke pasar negara-negara RCEP.

Di antara barang-barang pertanian ekspor utama dari Kamboja, kacang mete mempunyai nilai ekspor terbesar ke-3, setelah beras dan singkong. Hingga akhir bulan Oktober 2024, Kamboja telah berhasil memproduksi 830 triliun ton kacang mete, di antaranya 790 ribu ton kacang mete yang dieskpor ke Vietnam, mendapatkan lebih dari 1,1 miliar USD, meningkat 36% dibandingkan dengan masa yang sama tahun lalu. Di samping itu, kacang mete Kamboja juga sedang secara bertahap menciptakan posisi di pasar Tiongkok. Bapak Suy Kokthean, Wakil Ketua Asosiasi Kacang Mete Kamboja (CAC), memberitahukan:

Vietnam merupakan negara eksportir kacang mete terbesar di dunia sekaligus negara importir kacang mete mentah nomor satu dari Kamboja. Hasil pemasaran kacang mete Kamboja di pasar Tiongkok juga sedang meningkat secara pesat selama tahun-tahun belakangan ini. Beberapa jenis kacang meta Kamboja sangat disukai pelanggan Tiongkok dan kian poluper di pasar ini.

Menurut Bapak Pen Sovicheat, Sekretaris Negara merangkap Juru bicara Kementerian Perdagangan Kamboja, kementerian ini tetap menganggap kepentingan dari Perjanjian RCEP sebagai kunci pertumbuhan bagi perekonomian nasional, karena selain hubungan perdagangan, perjanjian ini juga membantu bidang-bidang kerja sama lain seperti: tenaga kerja teknis, transfer teknologi dan penyerapan modal investasi. Bapak Pen Sovicheat memberitahukan:

Target kami ialah mengembangkan produk-produk yang meliputi produk alami Kamboja, seperti beras, singkong, kacang mete, dan produk-produk lain yang diproduksi di Kamboja, baik di pasar domestik maupun internasional. Pada masa depan, kita tidak akan lagi banyak bergantung pada impor barang-barang konsumsi, tetapi akan memperhebat pengembangan produk-produk yang diproduksi di Kamboja. Agar supaya kaum konsumen domestik dan internasional mendengar, melihat, dan memahami kualitas barang “Made in Cambodia”.

Menurut pendapat banyak pakar, RCEP merupakan faktor untuk mendorong pertumbuhan perdagangan Kamboja secara berjangka panjang dan berkelanjutan. Perjanjian perdagangan bebas yang terbesar di dunia ini diharapkan bisa membantu Kamboja lepas dari label “negara kurang berkembang” pada tahun 2028 dan mencapai target menjadi negara berpendapatan menengah ke atas pada tahun 2030./.

Komentar

Yang lain